Profil Perangkat Lunak Linux
Harus diakui Linux, salah satu jenis UNIX dengan fasilitas Internet yang mendarah daging, merupakan kompetitor terberat Microsoft di dunia. Kebebasan, sebagai hak asasi manusia di dukung lisensi terbuka dan non-proprietary akhirnya menjadi daya tarik utama Linux. Seperti yang lain, masyarakat Linux juga sangat menganjurkan UU hak cipta di Indonesia tidak dilanggar, memalukan sekali ternyata sebagian perusahaan listing di BEJ membajak software.
Hak cipta, harga dan kualitas biasanya menjadi momok usaha perangkat lunak. Penggunaan GNU Public License (GPL) yang diprakarsai Richard Stahlman melepaskan Linux beserta source-nya bebas ke masyarakat, mengcopy, memiliki, mendevelop, menyewakan Linux sah secara hukum dan bukan pembajakan. Harga lisensi sistem operasi yang biasanya pos terbesar praktis nol, biaya lebih difokuskan pada pelatihan, pengembangan SDM untuk operasi & dukungan teknis yang kontinyu pada operasi sistem. Hal yang sering terlupakan pada proyek TI di Indonesia.
Harga nol pasti berkualitas buruk? Ternyata tidak – komunitas Linux saling bantu memperbaiki bug & kualitas Linux dengan cepat via Internet. Source terbuka Linux memungkinkan pelibatan ribuan programmer di dunia dalam development-nya, hal ini tidak ada di software non-open source. Web linux.org dan mailing list mempercepat proses gotong royong Linux. Bug diperbaiki masyarakat Linux dalam orde jam dan dilepas langsung ke seluruh dunia via Internet. Komunitas adalah feature utama yang sulit didapat pada produk lain. Kontrol kualitas dan support dari, oleh, dan untuk masyarakat menjadi murah dan effisien via Internet. Tentunya jika anda membeli solusi total Linux dari software house, mereka akan menjamin kontrol kualitas maupun supportnya.
Di Indonesia, walaupun harga-nya praktis ‘nol’, Linux lebih banyak digunakan di backoffice dalam server, dan di ISP karena basis Internet sangat kuat di Linux. Apalagi spesifikasi server Internet Linux lebih rendah, Pentium 100 16Mbyte memory dapat menjadi server. Walau bisa digunakan pada mesin kecil ukuran PDA, Linux siap memasuki kelas Enterprise seperti mainframe IBM S/390 diperagakan di CEBIT 2000. Jika Linux di-kluster-kan dapat mencapai 550 komputer dirangkai menjadi sistem komputer kluster. Sosialisasi bulanan seperti Linux Gaul-nya Mas Rudy Rusdiah meluaskan jumlah pengguna Linux desktop. Komunitas Indonesia bertumpu di Internet seperti KPLI.org, linux.or.id & mailing list linux, seperti, kpli@jakarta.linux.or.id, linux-admin@linux.or.id, linux-setup@linux.or.id, anggota@jakarta.linux.or.id, sysop-l@itb.ac.id maupun asosiasi-warnet@itb.ac.id. Bahkan para anggota komunitas Linux menyiapkan peluncuran majalah yang proses persiapannya dilakukan di Internet, termasuk tulisan ini sebagian hasil gotong-royong komunitas. Dalam dunia pendidikan, Open Source Campus Agreement (OCA) diajukan untuk menanggulangi permasalahan dana dan kebebasan pada kampus memakai perangkat open source (Linux). Open source menekan biaya akses pengetahuan bagi teknolog komputer & menghindarkan institusi pendidikan memakai program bajakan dalam operasi & proses pengajaran.
Pelepasan soure terbuka Linux nyata-nyata mendorong industri perangkat lunak Indonesia, ada Microtronics Internusa yang bundling Linux untuk server maupun desktop. Indospell pemeriksa ejaan. Banyak rekan-rekan yang membantu proses translasi pada proyek i18n. Termasuk mulai menyusun kamus online istilah komputer bahasa Indonesia. Trabas dengan sistem informasinya. Zen dengan manual Samba dan SWAT-nya. Andy dengan gMail-nya. Owo Sugiana bahkan merelease program pengelola perpustakaan yang berbasiskan Postgress (Open Source) pada Linux. KMRG ITB yang mengembangkan perangkat digital library berbasis Linux & FreeBSD, melepas source-nya ke public agar bentuk jaringan pendidikan & perpustakaan menuju knowledge based society di Indonesia.
Beberapa rekan Indonesia bahkan bergabung pada developer Linux internasional, Purwanto (Stampede) dan Made Wiryana di SuSE, kemudian MDAMT di RedHat dan Mandrake yang merupakan versi distribusi Linux. Pasangan Tim Allen (Australia) dan Rita (Indonesia) mengerjakan Abiword, word processor yang menyediakan operasi dalam bahasa Indonesia.
Oleh Onno W. Purbo & Made Wiryana
0 komentar:
Posting Komentar